satmadia 2024

Kupas Tuntas Gambaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus dan Sekolah Inklusi dalam Webinar Series 10 Komunitas Belajar Satriatama di PMM 


oleh:  Ari  Indrawati - 20 Agustus 2024 

SATMADIA - Selasa (20/08/2024), Komunitas Belajar Satriatama melaksanakan webinar series 10 di PMM. Antusiasme peserta webinar tercermin dari banyaknya peserta secara daring dari seluruh daerah di Indonesia serta Bapak/Ibu guru hebat yang mengikuti webinar secara luring di ruang BDR SMP Negeri 6 Yogyakarta. Webinar yang bertajuk “Tantangan Mengajar di Sekolah Inklusif” ini dimoderatori oleh Ibu Almira Syafa, S.Pd. sekaligus beliau juga adalah guru pendamping khusus di SMPN 6 Yogyakarta.

Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala SMPN 6 Yogyakarta, Ibu Dwi Isnawati, S.Pd. sebagai keynote speker. Beliau menyampaikan betapa pentingnya pembahasan tentang gambaran peserta didik berkebutuhan khusus, tantangan, dan solusi dalam menghadapinya. Dengan adanya webinar ini, diharapkan Bapak/Ibu guru hebat, peserta webinar dapat lebih baik lagi dalam menyikapinya.

Narasumber pertama yaitu Bapak Gani Albar A., S.Pd. menyampaikan tentang gambaran peserta didik inklusif dan juga pengertian sekolah inklusif itu sendiri. Maksud inklusif adalah anak-anak berkebutuhan khusus berbaur dengan anak-anak reguler di lingkungan sekolah formal. Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan yang berbeda.

Bapak Gani Albar A., S.Pd. menyampaikan bahwa, “sekolah inklusif adalah sekolah dimana setiap anak dapat diterima dalam bagian kelas tersebut, saling membantu antara guru, dan teman sebayanya, serta anggota masyarakat lainnya agar kebutuhan individualnya terlaksana dan terpenuhi dengan memenuhi prinsip pendidikan inklusif dan tujuan pendidikan inklusif.”

Beliau juga menambahkan yang termasuk ABK, yaitu: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras (gangguan emosi dan perilaku), ADHD (attention Deficit Hiperactive Disorder), autism spectrum disorder, lamban belajar (slow lerner), berkesulitan belajar spesifik, cerdas istimewa bakat istimewa, tunaganda. Semuanya memiliki keistimewaan masing-masing yang harus dipahami oleh seluruh guru.

Mengajar di sekolah inklusif pasti memiliki tantangan tersendiri. Ibu Tuti Hendrawati, S.Pd., narasumber kedua dalam webinar kali ini mengatakan bahwa, “kurangnya keterampilan dan sikap guru dalam menangani ABK menjadi tantangan dan hambatan, padahal guru adalah elemen penting dalam pendidikan.”

Solusi dan strategi harus dimiliki oleh para guru. Salah satunya yang disampaikan oleh Ibu Tuti Hendrawati, S.Pd. adalah guru dan sekolah dapat menciptakan iklim belajar yang nyaman dan menyenangkan untuk seluruh peserta didik. “Guru menjadi garda terdepan untuk mengawal dan mengantisipasi hal-hal negatif serta dapat memberikan solusi yang terbaik untuk permasalahan peserta didik di kelas.” Tutur beliau.

Selesai pemaparan materi, sesi tanya jawab pun tak luput dilakukan. Banyak peserta webinar yang ingin mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Hanya saja, karena keterbatasan waktu, sesi tanya jawab hanya dibuka dalam satu sesi untuk tiga penanya.

Kegiatan diakhiri dengan pemaparan simpulan oleh keynote speker, yaitu Ibu Dwi Isnawati, S.Pd. Beliau mengatakan, “untuk mengelola pembelajaran di sekolah inklusi, guru dan jajarannya perlu banyak belajar untuk menerima anak berkebutuhan khusus dengan cara membuat pembelajaran menyenangkan dan mengakomodir  segala keberagaman dalam pembelajaran di kelas.” (AI)